NTB, papedanews.com Olahraga adalah panggung persaudaraan, di mana semangat bertemu, dan perbedaan melebur dalam satu tujuan: kebersamaan.”Kalimat ini seakan terasa nyata di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (26/7/2025) sore. Sinar mentari yang mulai meredup menyambut para tamu istimewa dari berbagai penjuru negeri.
Di antara mereka, tampak tiga pemimpin dari Papua Tengah melangkah dengan mantap: Wakil Gubernur Deinas Geley, Bupati Mimika Johannes Rettob, dan Wakil Bupati Nabire Burhanuddin Pawennari. Mereka hadir bukan sekadar untuk menyaksikan, tetapi untuk memberi energi dan harapan bagi para atlet kebanggaan daerah mereka di ajang Festival Olahraga Rekreasi Nasional (FORNAS) VIII.
Sebelum panggung utama dimulai, suasana akrab tercipta di Pendopo Gubernur NTB, tempat berlangsungnya jamuan makan malam bersama Gubernur NTB Lalu Muhammad Iqbal. Meja-meja tertata rapi, hidangan khas Lombok menggoda selera, dan percakapan hangat mengalir di antara para tamu VVIP: menteri, gubernur, bupati, wali kota, dan undangan istimewa lainnya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kebersamaan seperti ini bukan sekadar seremonial, ini adalah ruang untuk menyatukan tekad demi olahraga Indonesia yang lebih maju,” ucap dinas geley
Kehadiran tiga pimpinan Papua Tengah menjadi sorotan tersendiri. Mereka tampil sederhana namun berwibawa, mengenakan topi khas Papua dipadu dengan rompi dan jaket resmi Fornas VIII. Dalam raut wajah mereka, tersimpan semangat yang sama dengan para atlet: semangat untuk memberi yang terbaik. “Kami datang bukan hanya untuk memberi dukungan, tetapi untuk menyalakan semangat juang agar Papua Tengah tak hanya hadir, tapi juga berprestasi,” tutur Wakil Gubernur Deinas Geley dengan nada penuh keyakinan.
Di luar pendopo, pengamanan diperketat. Jalan menuju Kantor Gubernur NTB, tempat pembukaan FORNAS VIII berlangsung, telah disterilkan. Lampu-lampu panggung mulai menyala, dentuman musik pembuka menggema, tanda kemeriahan akan segera dimulai. Gubernur Papua Tengah Meki Nawipa yang semula dijadwalkan hadir, terpaksa absen karena agenda lain, namun dukungan moral dari jajaran pemerintah tetap mengalir deras.
“Olahraga bukan hanya tentang medali,” bisik salah seorang atlet Papua Tengah sambil mengepalkan tangan, “tetapi tentang harga diri, tentang membawa nama tanah kelahiran dengan penuh kebanggaan.”
Dan malam itu, di bawah langit Mataram, Papua Tengah membuktikan satu hal: bahwa kehadiran bukan sekadar formalitas, melainkan tanda cinta pada olahraga, persaudaraan, dan masa depan