Nabire, Papua Tengah papedanews.com Konflik yang pernah terjadi antara Suku Mee dan Suku Moni di wilayah Meepago, Provinsi Papua Tengah, kini secara resmi dinyatakan selesai. Proses penyelesaian adat dilakukan melalui sekenta penyelesaian yang difasilitasi langsung oleh Kapolres Nabire bersama tokoh-tokoh adat pada tahun lalu, dan hari ini dipertegas kembali melalui penyerahan denda adat di Wadio Nabire.
Dalam konflik tahun 2024 lalu, seorang korban bernama Yohanes Belau terkena panah akibat bentrokan yang dipicu oleh pengaruh minuman keras di Wanidio Jepara 2. Setelah menderita selama lebih dari empat bulan, korban akhirnya meninggal dunia.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebagai bentuk tanggung jawab adat, pihak Suku Moni menyerahkan denda sebesar Rp 400 juta lebih dan dua ekor babi kepada keluarga korban. Penyerahan ini sekaligus menegaskan berakhirnya masalah antar kedua suku, serta memastikan bahwa hubungan kekerabatan dan keharmonisan masyarakat tetap terjaga.
Kepala Suku Besar Wilayah Meepago, Melkias Keiya, menyampaikan pernyataan resmi:
> “Atas nama masyarakat adat Meepago, saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kepala Suku Besar Moni, Musa Kobogau, para tokoh adat, dan khususnya Kapolres Nabire beserta jajaran Kepolisian yang telah berperan penting dalam proses penyelesaian konflik ini. Berkat kerja sama dan niat baik semua pihak, masalah besar yang pernah terjadi dapat diselesaikan dengan damai melalui mekanisme adat.”
> “Hari ini kita bisa melihat bahwa bukan hanya persoalan antara Suku Mee dan Suku Moni yang berakhir damai, tetapi juga perbedaan internal di dalam Suku Moni sendiri dapat diakhiri dengan semangat persaudaraan. Kiranya Tuhan memberkati kita semua, menjaga perdamaian, dan memberi kekuatan agar masyarakat adat tetap hidup rukun di tanah Papua.”
Dengan berakhirnya konflik ini, masyarakat adat Meepago diimbau untuk menjaga persatuan, menghindari provokasi, serta menjadikan peristiwa ini sebagai pelajaran berharga agar tidak lagi terjadi korban akibat pengaruh alkohol maupun kekerasan.
Dikeluarkan oleh:Melkias Keiya Kepala Suku Besar Wilayah Meepago, Provinsi Papua Tengah.