Nabire Papua Tengah papedanews Insiden tidak menyenangkan dialami seorang wartawan yang diusir saat hendak meliput pelantikan anggota DPR Papua Tengah dari jalur Otonomi Khusus (Otsus), Selasa (27/5/2025), di Gedung DPR Papua Tengah.
Wartawan tersebut sebelumnya sudah berada di dalam ruang sidang utama, namun secara tiba-tiba diminta keluar oleh oknum staf DPR dengan alasan tidak terdaftar dalam daftar peliputan resmi yang dikumpulkan sehari sebelum acara.
Kejadian ini sontak menimbulkan kekecewaan di kalangan jurnalis, yang merasa telah menjalankan tugasnya sesuai prosedur dan etika jurnalistik. Padahal, peliputan pelantikan wakil rakyat adalah bagian dari fungsi kontrol media sekaligus bentuk pelayanan informasi kepada publik.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Menanggapi insiden tersebut, Wakil Ketua I DPR Papua Tengah, Diben Elaby, menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada awak media. Ia menyayangkan tindakan staf yang dinilai tidak profesional dan berjanji akan melakukan evaluasi internal.
“Atas kejadian ini, kami meminta maaf kepada rekan-rekan media. Ini akan menjadi bahan evaluasi bagi kami agar tidak terjadi lagi di masa mendatang,” tegas Diben Elaby di hadapan wartawan.
Ia menambahkan bahwa DPR Papua Tengah tetap berkomitmen mendukung kerja-kerja jurnalistik dan menyambut baik kehadiran pers dalam setiap agenda lembaga legislatif.
“Kami sangat terbuka terhadap kehadiran pers. Namun, kami juga berharap adanya koordinasi lebih awal agar proses peliputan berjalan lancar dan tertib,” tambahnya.
Insiden wartawan diusir ini mengingatkan kembali pentingnya sinergi antara lembaga legislatif dan media massa. Keberadaan wartawan dalam peliputan kegiatan DPR bukan hanya soal hak meliput, tapi juga bagian dari prinsip transparansi dan akuntabilitas publik.
Apalagi pelantikan anggota DPR dari jalur Otsus merupakan momen penting dalam dinamika politik Papua Tengah, yang harus dikabarkan secara terbuka dan profesional.
Kejadian serupa pernah dialami oleh wartawan saat meliput aksi demo mahasiswa asal Kabupaten Puncak beberapa waktu lalu. Saat itu, wartawan yang telah memperkenalkan diri dengan sopan kepada staf DPR untuk menanyakan daftar nama anggota dewan yang menemui pendemo, justru mendapat perlakuan tidak menyenangkan.
“Kamu siapa? Untuk apa?” ujar salah satu oknum staf, sebelum akhirnya mengatakan “nanti-nanti” seolah enggan memberikan informasi, padahal yang bersangkutan hanya berdiri di belakang barisan anggota dewan tanpa aktivitas penting.
Komunitas pers di Papua Tengah berharap ada kejelasan prosedur peliputan serta komunikasi terbuka dengan lembaga legislatif, agar kejadian wartawan diusir tidak terulang. DPR Papua Tengah menyatakan akan memperbaiki sistem koordinasi dan menjamin bahwa kerja jurnalistik tetap dihargai dalam setiap agenda resmi.
Papedanews