Intan Jaya, Papua Tengah papedanews.com Peredaran minuman keras (miras) kembali mengusik ketenangan warga Intan Jaya. Salah satunya, whisky merek Robinso (Wiro) yang diketahui masuk dalam jumlah besar melalui jalur udara menggunakan pesawat carteran. Hal ini menuai reaksi keras dari tokoh muda suku Moni, Lurensius Zonggonau, SH., M.IP.
Saat menghubungi awak media papedanews via telpon, tokoh muda suku moni Lurensius menyebut bahwa peredaran miras tersebut bukan sekadar pelanggaran hukum, tetapi juga bentuk ancaman terhadap masa depan generasi muda Papua.
ADVERTISEMENT
.
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Ini bukan masalah biasa. Satu botol miras dijual seharga Rp1,5 juta. Tapi yang lebih mahal dari itu adalah harga yang harus dibayar oleh masyarakat ketika moral dan tatanan adat dihancurkan oleh barang haram seperti ini,” tegas Lurensius, melalui seluler telpon
Ia mempertanyakan bagaimana miras sebanyak itu bisa masuk ke wilayah yang selama ini dikenal ketat dalam pengawasan. Lurensius mendesak aparat keamanan bertindak tegas mengusut hingga ke akar—siapa pemasok dan siapa yang memberi jalan.
Tak hanya aparat, ia juga menyoroti kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Intan Jaya. Menurutnya, lembaga legislatif daerah tidak boleh diam atau sekadar menjadi penonton dalam isu sebesar ini.
“DPRK harus hadir sebagai pelindung rakyat, bukan hanya pengisi kursi. Ini waktu bagi mereka untuk membuktikan keberpihakan kepada rakyat—bukan kepada jaringan kepentingan,” ujarnya tajam.
Lurensius mengingatkan, menjaga Intan Jaya dari ancaman miras adalah bagian dari perjuangan menjaga martabat dan jati diri orang asli Papua. Ia mengajak masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, serta pemuda untuk bersatu menolak segala bentuk perusakan sosial.
“Kita ini pewaris tanah yang diberkati. Jangan biarkan generasi kita tumbuh dalam bayang-bayang botol miras. Mari kita bangun tanah ini dengan ilmu, iman, dan kerja nyata,” pungkasnya.
Papedanews


























